Jika perang
pemasaran adalah bagaimana merebut pangsa pasar (market share), maka
perang public relations adalah pertarungan merebut hati publik, empati
publik, dan simpati publik. Mereka yang dapat meraih hati publik akan
memenangkan pertempuran.
Susilo
Bambang Yudhoyono menjadi presiden bukan karena ia paling hebat di antara Megawati,
Amin Rais, dan Wiranto. Tapi karena ia mendapat simpati publik menyusul
pengunduran dirinya dari kabinet. Pernyataan Taufik Kiemas bahwa SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) adalah Jenderal yang
kekanak-kanakan terdengar arogan dan mendorong simpati publik untuk SBY. Sebuah
blunder yang berakibat tidak terpilihnya Megawati dan keuntungan bagi SBY.
Hal yang sama terjadi pada Aris Indonesian Idol. Di tengah sebuah
kompetisi yang pemenangnya ditentukan berdasarkan jumlah sms yang masuk, tentu
tidak mungkin bagi Aris dan keluarga untuk mengirim sms sebanyak-banyaknya.
Kemenangannya
menjadi Indonesian Idol, lebih banyak karena simpati publik.
Latar belakang sebagai pengamen jalanan, hidup kekurangan dengan istri dan satu
orang anak yang masih kecil menjadi dukungan luar biasa dalam menjaring sms.
Persepsi
publik ditentukan bagaimana publik menilai sebuah fakta yang terjadi
berdasarkan tafsir individunya. Kadang publik menilai sesuatu dengan
pertimbangan rasionalitas dan kadang hanya atas dasar belas kasih yang kemudian
bermetamorfosis menjadi simpati dan dukungan yang luar biasa. Kualitas menjadi
nomor dua. Itulah publik dengan segala logikanya yang berubah-ubah. Mengutip
kembali Abraham Lincoln, ”Public sentiment is everything, with public sentiment
nothing can fail, without it nothing can succeed. Dengan sentimen
publik, kita dapat melakukan apapun, dan tanpanya semua akan sia-sia.
Sebuah
Film animasi yang berjudul “How to Train Your Dragon” dapat menjadi
contoh bagaimana memenangkan hati “publik”. How To Train Your Dragon
adalah film animasi yang dibuat oleh DreamWorks Animation, berdasarkan
sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 2003 dengan judul yang sama.
Film
yang dirilis pada Maret 2010 ini memakai latar mitologi Viking, yang bercerita
tentang seorang anak laki-laki berbangsa Viking bernama Hiccup. Menjadi seorang
Viking, doktrinnya hanya satu “kill all the dragon”. Artinya setiap
Viking harus mampu memburu dan membunuh naga yang telah turun temurun menjadi
musuh para Viking. Itulah adat yang berlaku di desa Hiccup. Sayangnya, Hiccup
jauh dari tipe laki-laki ksatria pembunuh naga seperti kebanyakan anak-anak
Viking.
Untuk memperbaiki dan mengembangkan blog ini menjadi lebih baik, mari bersama - sama kita bangun, caranya? Apabila kamu menemukan link yang mati/sudah tidak berfungsi atau gambar yang sudah tidak muncul/expire, silahkan hubungi kami disini. Laporan anda sangat berpengaruh pada perkembangan blog ini.Tanks atas perhatiannya
GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel yang terbaru
Dari Kami langsung ke email anda!
Dari Kami langsung ke email anda!
0 komentar:
Posting Komentar