Kompetisi Blog Pesona Sumatera Selatan

^_^

By Ismerisa_Elzahiera | Senin, 17 Januari 2011 | 0 komentar

lama2 di jogja.....ko jadi kangen ma tanah khatulistiwa....:(

kangeeenn banget ma mama, adikQ n kakakQ...;(
temen2Q.....tapi perjuangan ini tetap harus Q jalani......cOz..pilihan buat kuliah di sinikan,emg keinginanQ......
aQ harus sukses dan membahagiakan orang tuaQ.
semangaaaattt...!!!!

tetap berusaha , berfikir positif dan  pantang menyerah.:D 
di sinikan aQ punya banyak sahabat2 yang luar biasa.....yang selalu siap dengerin keluhanQ dan selalu bisa membuatQ bangkit untuk terus melanjutkan perjuangan ini...alhamdulillaah...terimakasih Allah....^_^

asramaQ,Istana ke 2 aQ dan sahabat2 seperjuanganQ

By Ismerisa_Elzahiera | Kamis, 13 Januari 2011 | 0 komentar

ini sahabat2Q di asrama, ada si montok een, ci tomboy ahta (tapi sekarang udah jadi cwek) xixiixi:),,,, ada si ipit ( tinggi banget)...ada ci centil ema....ada tukang kentut memey ( manja')...ada wiwik dan angah yang sholehah,,,ada si pendiam dian.........duh,..senengnya punya sahabat2 yang penuh dengan canda tawa...makasih ya teman2..kalian udah mewarnai hari2Q.........^_^
sukses bareng ya.........semoga ntar klo udah balik ke kalimantan Qita semue bise membahagiakan ortu Qita.^_^

sahabat2Q di kampus.........

| 0 komentar

saat observasi di unisi radio yogyakarta
tanpa kalian berdua.....nggak rame rasanya ....makasih ya reni n ry2n..... karna kalian udah mau berbagi dg Q suka dan duka,,,,,,,,,,,,memberiku motivasi buat tetap semngat belajar.....^_^ banyak pengalamn baru bersama kalian.........semoga kita bisa sukses bareng,,,,menjadi sarjana komunikasi yang handal...,amiiiinnn....:)

kode etik jurnalistik

| 0 komentar


Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana diamanatkan oleh pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak.
Mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, seluruh wartawan Indonesia menjun¬jung tinggi konstitusi dan menegakkan kemerdekaan pers yang bertanggung jawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia(PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan Indonesia.
BAB I
KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS
Pasal 1
Wartawan Indonesia beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada undang-undang Dasar Negara RI, kesatria, menjunjung harkat, martabat manusia dan lingkungannya, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara serta terpercaya dalam mengemban profesinya.
Pasal 2
Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang.


Pasal 3
Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnallistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan memutar balikkan fakta, bersifat fitnah, cabul serta sensasional.
Pasal 4
Wartawan Indonesia menolak imbalan yang dapat mempengaruhi obyektivitas pemberitaan.
BAB II
CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT
Pasal 5
Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampur adukkan fakta dan opini sendiri. Karya jurnalistik berisi interpretasi dan opini wartawan, agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.
Pasal 6
Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut kepentingan umum.
Pasal 7
Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses peradilan harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang.
Pasal 8
Wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila (asusila) tidak merugikan pihak korban.
BAB III
SUMBER BERITA
Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) dan selalu menyatakan identitasnya kepada sumber berita.

Pasal 10
Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi kesempatan hak jawab secara proporsional kepada sumber atau obyek berita.
Pasal 11
Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber berita.
Pasal 12
Wartawan Indonesia tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut sumbernya.
Pasal 13
Wartawan Indonesia harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang bersangkutan untuk tidak disebut nama dan identitasnya sepanjang menyangkut fakta dan data bukan opini.
Apabila nama dan identitas sumber berita tidak disebutkan, segala tanggung jawab ada pada wartawan yang bersangkutan.
Pasal 14
Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak menyiarkan keterangan "off the record".
BAB IV
KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 15
Wartawan Indonesia harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Jurnalistik PWI (KEJ-PWI) dalam melaksanakan profesinya.
Pasal 16
Wartawan Indonesia menyadari sepenuhnya bahawa penaatan Kode Etik Jurnalistik ini terutama berada pada hati nurani masing-masing.

Pasal 17
Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.
Tidak satu pihakpun di luar PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya berdasarkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

tugas komunikasi bisnis

| 0 komentar

ngerjain tugas bareng sahabat2Q.......reni n ririn.....^_^

Karakteristik Manusia Komunikan

By Ismerisa_Elzahiera | Rabu, 12 Januari 2011 | 0 komentar


Nama              : Ismerisa
NIM                : 09730075
MAKUL          : PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Karakteristik Manusia Komunikan

A.    Konsepsi Psikologis tentang Manusia

Teori Ilmu Komunikasi dilatarbelakangi oleh konsepsi psikologi tentang manusia, yaitu :
1.     Homo Volens              : manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan yang terpendam.
2.     Homo Mechanicus     : manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan.
3.     Homo Sapiens                        : manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya.
4.     Homo Ludens             : manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya.
Karakter manusia merupakan sintesis dari keempat macam teori psikologi, yaitu : psikoanalisis (homo volens), behaviorisme (homo mechanicus), kognitif (homo sapiens), dan humanism (homo ludens). Sebab tak ada manusia yang hanya memiliki satu macam karakter dari teori psikologi.

A.    Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis
Sigmund Freud, sebagai pendiri psikoanalisis, mendeskripsikan psikoanalisis yaitu memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagian terpisah. (Asch, 1959 : 1)
Psikoanalisis mempelajari tentang struktur jiwa manusia dan alam bawah sadar sehingga dapat diketahui kepribadian seseorang. Terdapat 3 macam struktur jiwa manusia, yaitu Id, ego, dan superego.
Oval: 1Id berkaitan dengan hawa nafsu dan dorongan biologis. Ego sebagai jembatan antara Id dengan superego. Superego sendiri adalah hati nurani (conscience) atau polisi kepribadian. Id, ego, dan superego dapat disebut pula sebagai animal, rasional, dan moral atau juga hewani, akali, dan nilai. Bisa digambarkan berikut ini.






Ket :
1 : superego / sosial
2 :ego / psikologis
3 : Id / biologis
 

 








B.    Behaviorisme
Bahaviorisme menganalisis segala sesuatu yang nampak, tidak mempersoalkan baik buruk, melainkan perilakunya dikendalikan oleh faktor lingkungan. Dalam behaviorisme lebih ditekankan bagaimana seseorang terbentuk oleh pengalaman. Bisa diibaratkan sebagai manusia mesin yang mengikuti lingkungan, manusia plastis yang siap dibentuk, dan tabula rasa atau meja lilin yang siap dilukis dengan pengalaman-pengalaman.
Contohnya adalah pelaziman klasik, operant condiotioning, dan peneguhan (reinforcement). Pelaziman klasik dimisalkan ketika anak kecil membaca buku dan diambil bukunya, maka dia akan membenci buku.
Kelemahan behaviorisme yaitu tidak bisa menjelaskan self motivated. Motivasi terdapat dalam diri individu, sedangkan behaviorisme dibentuk oleh lingkungan.

C.    Kognitif
Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berfikir (homo sapiens). Psikologi kognitif berasal dari rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes dan Plato. Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama pengetahuan, bukat alat indera.
Menurut para psikolog Gestalt, manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Manusialah yang menentukan makna stimuli. Menurut Kurt Lewin teori konsistensi kognitif dilahirkan dari konsep tension. Teori ini menyatakan bahwa individu berusaha mengoptimalkan makna dalam persepsi, perasaan, dan pengalamannya. Bila tidak optimal, timbullah tension (tegangan).
Sejak pertengahan tahun 1950an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Misalnya teori disonansi kognitif artinya ketidakcocokan. Sehingga terus mencari alasan yang tepat untuk menolak suatu pernyataan.
Awal tahun 1970an, teori disonansi dikritik dan muncul manusia sebagai pengolah informasi atau memecahkan persoalan.

D.    Humanisme
Menurut Floyd W.Matson, psikologi humanistic bukan hanya mempelajari penciptaan manusia, melainkan makna terciptanya manusia itu sendiri. yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan.
Carl Rogers menyimpulakn asumsi tentang Psikologi Humanistik sbb :
1.     Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi.
2.     Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
3.     Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
4.     Anggapan akan ancaman diri, akan diikuti oleh pertahanan diri.
5.     Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.
B.    Faktor Personal Mempengaruhi Perilaku
Mc Daugall menekankan pentingnya faktor-faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dan masyarakat. ada dua pendapat mengenai faktor personal yang mempengaruhi perilaku, yaitu antara perspektif yang berpusat pada personal dengan perspektif yang berpusat pada situasi. Secara garis besar terdapat dua garis besar, yaitu :
1.     Faktor Biologis
Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur  DNA. Muncul aliran sosiobiologi, yang memandnag segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya.
Struktur biologis manusia adalah genetika (mempengaruhi kecerdasan, emosi), sistem syaraf (mengatur pekerjaan otak), dan sistem hormonal(mengatur proses psikologi).
Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia yaitu instink (memberi makan, merawat anak) dan motif biologis (kebutuhan makan, minum, istirahat, kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya).

2.     Faktor Sosiopsikologis
Karakter manusia sebagai makhluk sosial dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen, yaitu : komponen afektif (aspek emosional), komponen kognitif(aspek intelektual), dan komponen konatif(aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak). Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap, dan emosi.
a.      Motif sosiogenis
-        Motif ingin tahu : mengerti, menata, dan menduga.
-        Motif Kompetensi : apabila telah memenuhi kebutuhan biologinya, maka yakin akan masa depan yang gemilang
-        Motif Cinta : hal essential manusia yaitu dicintai dan mencintai.
-        Motif Harga diri untuk mencari identitas : kehadiran diperhitungkan bukan hanya sekedar bilangan. Bersamaan dengan kebutuhan akan harga diri, seseorang mencari identitas dirinya.
-        Kebutuhan akan Nilai, kedambaan, dan makna kehidupan / motif keagamaan : kehilangan nilai menyebabkan tidak mempunyai kepastian untuk bertindak, mudah putus asa, dan hilangnya pegangan hidup.
-        Pemenuhan diri : meningkatkan kualitas, memenuhi potensi.

b.     Sikap
Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai. Ciri-ciri dari sikap : sebagai pendorong / motivasi, relative lebih menetap, dan mengandung aspek evaluative.
c.      Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Empat fungsi emosi, yaitu : emosi sebagai pembangkit energy, emosi sebagai pembawa informasi, emosi sebagai pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal, dan emosi sebagai sumber informasi tentang keberhasilan. Maka dari itu, emosi memegang peranan yang penting sebab emosi terlibat dalam komunikasi sejak proses penyandian, penyampaian pesan, bahkan sampai efek dalam diri komunikan.

d.     Kepercayaan
Kepercayaan yaitu keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, atau intuisi (Hohler, et al., 1978:48). Menurut Solomon E. Asch (1959 : 565 - 567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

e.      Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.
f.      Kemauan
Menurut Richard Dewey dan W.J Humber, kemauan merupakan :
-        hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain.
-        Berdasarkan tentang pengetahuan cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
-        Dipengaruhi oleh kecerdasan dan energy
-        Pengeluaran energy yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.
C.    Faktor- faktor situasional yang mempengaruhi perilaku manusia
Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional sabagai berikut :
1.     Faktor ekologis
Kaum deerminisme llingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Banyak orang menghubungkan kemalasan orang Indonesia pada meta pencaharian bertani dan matahari yang selalu bersinar.
2.     Faktor rancangan dan arsitekturural
Suatu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Pengaturan ruangan juga telah terbukti memperngaruhi pola perilaku yang terjadi di tempat itu.
3.     Faktor temporal
Satu pesan komunikasi yang disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan pada tengah malam. Jadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja di mana mereka berada, tetapi juga bilamana mereka berada.
4.     Suasana perilaku (behavior settings)
Lingkungan dibagi dalam beberapa satuan terpisah. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya. Di masjid, orang tidak mungkin berteriak seperti lapangan.
5.     Faktor teknologi
Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi, yaitu sistem energi, sistem produksi, dan sistem distribusi. Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yangmemperngaruhi suasana kejiwaan. Dalam ilmu komunikasi, Marshall McLuhan menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting dari isi media komunikasi. Misalnya, kelahiran mesin cetak mengubah masyarakat menjadi berpikir logis dan individualis.
6.     Faktor-faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia.
7.     Lingkungan psikososial
Pola-pola kebudayaan yang dominan atau ethos, ideology dan nilai dalam persepsi anggota masyarakat mempengaruhi seluruh perilaku sosial
8.     Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Kendala situasi mempengaruhi kelayakan melukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan rentangan kelayakan perilaku dan sebaliknya.

 
Home | About Us |Contact Us | Advertise with Us | Free Blogger Templates | Widget | Site Maps
Copyright © 2010 - 2012. Pusat-cara.blogspot.com - All rights reserved | Proudly Powered by Blogger.com
Website Design by IDJUNAYDOTCOM | Sponsored by www.kent.prasetiyamandiri.com