Kompetisi Blog Pesona Sumatera Selatan
Anda disini » Home » Karakteristik Manusia Komunikan

Karakteristik Manusia Komunikan

By Ismerisa_Elzahiera | Rabu, 12 Januari 2011

Sebelum Membaca, Ayo Berbagi :

Nama              : Ismerisa
NIM                : 09730075
MAKUL          : PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Karakteristik Manusia Komunikan

A.    Konsepsi Psikologis tentang Manusia

Teori Ilmu Komunikasi dilatarbelakangi oleh konsepsi psikologi tentang manusia, yaitu :
1.     Homo Volens              : manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan yang terpendam.
2.     Homo Mechanicus     : manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan.
3.     Homo Sapiens                        : manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya.
4.     Homo Ludens             : manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya.
Karakter manusia merupakan sintesis dari keempat macam teori psikologi, yaitu : psikoanalisis (homo volens), behaviorisme (homo mechanicus), kognitif (homo sapiens), dan humanism (homo ludens). Sebab tak ada manusia yang hanya memiliki satu macam karakter dari teori psikologi.

A.    Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis
Sigmund Freud, sebagai pendiri psikoanalisis, mendeskripsikan psikoanalisis yaitu memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagian terpisah. (Asch, 1959 : 1)
Psikoanalisis mempelajari tentang struktur jiwa manusia dan alam bawah sadar sehingga dapat diketahui kepribadian seseorang. Terdapat 3 macam struktur jiwa manusia, yaitu Id, ego, dan superego.
Oval: 1Id berkaitan dengan hawa nafsu dan dorongan biologis. Ego sebagai jembatan antara Id dengan superego. Superego sendiri adalah hati nurani (conscience) atau polisi kepribadian. Id, ego, dan superego dapat disebut pula sebagai animal, rasional, dan moral atau juga hewani, akali, dan nilai. Bisa digambarkan berikut ini.






Ket :
1 : superego / sosial
2 :ego / psikologis
3 : Id / biologis
 

 








B.    Behaviorisme
Bahaviorisme menganalisis segala sesuatu yang nampak, tidak mempersoalkan baik buruk, melainkan perilakunya dikendalikan oleh faktor lingkungan. Dalam behaviorisme lebih ditekankan bagaimana seseorang terbentuk oleh pengalaman. Bisa diibaratkan sebagai manusia mesin yang mengikuti lingkungan, manusia plastis yang siap dibentuk, dan tabula rasa atau meja lilin yang siap dilukis dengan pengalaman-pengalaman.
Contohnya adalah pelaziman klasik, operant condiotioning, dan peneguhan (reinforcement). Pelaziman klasik dimisalkan ketika anak kecil membaca buku dan diambil bukunya, maka dia akan membenci buku.
Kelemahan behaviorisme yaitu tidak bisa menjelaskan self motivated. Motivasi terdapat dalam diri individu, sedangkan behaviorisme dibentuk oleh lingkungan.

C.    Kognitif
Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berfikir (homo sapiens). Psikologi kognitif berasal dari rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes dan Plato. Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama pengetahuan, bukat alat indera.
Menurut para psikolog Gestalt, manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Manusialah yang menentukan makna stimuli. Menurut Kurt Lewin teori konsistensi kognitif dilahirkan dari konsep tension. Teori ini menyatakan bahwa individu berusaha mengoptimalkan makna dalam persepsi, perasaan, dan pengalamannya. Bila tidak optimal, timbullah tension (tegangan).
Sejak pertengahan tahun 1950an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Misalnya teori disonansi kognitif artinya ketidakcocokan. Sehingga terus mencari alasan yang tepat untuk menolak suatu pernyataan.
Awal tahun 1970an, teori disonansi dikritik dan muncul manusia sebagai pengolah informasi atau memecahkan persoalan.

D.    Humanisme
Menurut Floyd W.Matson, psikologi humanistic bukan hanya mempelajari penciptaan manusia, melainkan makna terciptanya manusia itu sendiri. yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan.
Carl Rogers menyimpulakn asumsi tentang Psikologi Humanistik sbb :
1.     Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi.
2.     Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
3.     Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
4.     Anggapan akan ancaman diri, akan diikuti oleh pertahanan diri.
5.     Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.
B.    Faktor Personal Mempengaruhi Perilaku
Mc Daugall menekankan pentingnya faktor-faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dan masyarakat. ada dua pendapat mengenai faktor personal yang mempengaruhi perilaku, yaitu antara perspektif yang berpusat pada personal dengan perspektif yang berpusat pada situasi. Secara garis besar terdapat dua garis besar, yaitu :
1.     Faktor Biologis
Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur  DNA. Muncul aliran sosiobiologi, yang memandnag segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya.
Struktur biologis manusia adalah genetika (mempengaruhi kecerdasan, emosi), sistem syaraf (mengatur pekerjaan otak), dan sistem hormonal(mengatur proses psikologi).
Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia yaitu instink (memberi makan, merawat anak) dan motif biologis (kebutuhan makan, minum, istirahat, kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya).

2.     Faktor Sosiopsikologis
Karakter manusia sebagai makhluk sosial dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen, yaitu : komponen afektif (aspek emosional), komponen kognitif(aspek intelektual), dan komponen konatif(aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak). Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap, dan emosi.
a.      Motif sosiogenis
-        Motif ingin tahu : mengerti, menata, dan menduga.
-        Motif Kompetensi : apabila telah memenuhi kebutuhan biologinya, maka yakin akan masa depan yang gemilang
-        Motif Cinta : hal essential manusia yaitu dicintai dan mencintai.
-        Motif Harga diri untuk mencari identitas : kehadiran diperhitungkan bukan hanya sekedar bilangan. Bersamaan dengan kebutuhan akan harga diri, seseorang mencari identitas dirinya.
-        Kebutuhan akan Nilai, kedambaan, dan makna kehidupan / motif keagamaan : kehilangan nilai menyebabkan tidak mempunyai kepastian untuk bertindak, mudah putus asa, dan hilangnya pegangan hidup.
-        Pemenuhan diri : meningkatkan kualitas, memenuhi potensi.

b.     Sikap
Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai. Ciri-ciri dari sikap : sebagai pendorong / motivasi, relative lebih menetap, dan mengandung aspek evaluative.
c.      Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Empat fungsi emosi, yaitu : emosi sebagai pembangkit energy, emosi sebagai pembawa informasi, emosi sebagai pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal, dan emosi sebagai sumber informasi tentang keberhasilan. Maka dari itu, emosi memegang peranan yang penting sebab emosi terlibat dalam komunikasi sejak proses penyandian, penyampaian pesan, bahkan sampai efek dalam diri komunikan.

d.     Kepercayaan
Kepercayaan yaitu keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, atau intuisi (Hohler, et al., 1978:48). Menurut Solomon E. Asch (1959 : 565 - 567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

e.      Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.
f.      Kemauan
Menurut Richard Dewey dan W.J Humber, kemauan merupakan :
-        hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain.
-        Berdasarkan tentang pengetahuan cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
-        Dipengaruhi oleh kecerdasan dan energy
-        Pengeluaran energy yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.
C.    Faktor- faktor situasional yang mempengaruhi perilaku manusia
Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional sabagai berikut :
1.     Faktor ekologis
Kaum deerminisme llingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Banyak orang menghubungkan kemalasan orang Indonesia pada meta pencaharian bertani dan matahari yang selalu bersinar.
2.     Faktor rancangan dan arsitekturural
Suatu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Pengaturan ruangan juga telah terbukti memperngaruhi pola perilaku yang terjadi di tempat itu.
3.     Faktor temporal
Satu pesan komunikasi yang disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan pada tengah malam. Jadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja di mana mereka berada, tetapi juga bilamana mereka berada.
4.     Suasana perilaku (behavior settings)
Lingkungan dibagi dalam beberapa satuan terpisah. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya. Di masjid, orang tidak mungkin berteriak seperti lapangan.
5.     Faktor teknologi
Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi, yaitu sistem energi, sistem produksi, dan sistem distribusi. Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yangmemperngaruhi suasana kejiwaan. Dalam ilmu komunikasi, Marshall McLuhan menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting dari isi media komunikasi. Misalnya, kelahiran mesin cetak mengubah masyarakat menjadi berpikir logis dan individualis.
6.     Faktor-faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia.
7.     Lingkungan psikososial
Pola-pola kebudayaan yang dominan atau ethos, ideology dan nilai dalam persepsi anggota masyarakat mempengaruhi seluruh perilaku sosial
8.     Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Kendala situasi mempengaruhi kelayakan melukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan rentangan kelayakan perilaku dan sebaliknya.



Attention
PLEASE ATTENTION !

Untuk memperbaiki dan mengembangkan blog ini menjadi lebih baik, mari bersama - sama kita bangun, caranya? Apabila kamu menemukan link yang mati/sudah tidak berfungsi atau gambar yang sudah tidak muncul/expire, silahkan hubungi kami disini. Laporan anda sangat berpengaruh pada perkembangan blog ini.Tanks atas perhatiannya thanks

GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel yang terbaru
Dari Kami langsung ke email anda!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar, kritikan atau saran anda mengenai artikel di atas untuk mendapatkan backlink gratis dari Your Blog ini. Komentar yang tidak sesuai topik, SPAM, Penghinaan, dsb terpaksa akan saya hapus ! Tanks be 4,,.

 
Home | About Us |Contact Us | Advertise with Us | Free Blogger Templates | Widget | Site Maps
Copyright © 2010 - 2012. Pusat-cara.blogspot.com - All rights reserved | Proudly Powered by Blogger.com
Website Design by IDJUNAYDOTCOM | Sponsored by www.kent.prasetiyamandiri.com